
Mbalong Kawuk adalah sebuah tempat nongkrong di kawasan Kabupaten Tulungagung timur, tepatnya di kecamatan Ngunut. Berada di desa Sumberejo Kulon, yang merupakan tanah rawa di tepi area persawahan milik Pemerintah Desa setempat.
SEJARAH AWAL
Pada mulanya tidak banyak yang mengenal tempat ini, bahkan penduduk setempat pun jarang melintas di tempat ini. Jalannya masih berupa tanah aluvial, endapan tanah liat serta penuh batu sehingga sangat tidak rata. Pada siang hari tampak sepi dan malam hari juga sangat gelap karena belum ada jaringan listrik.
Aura mistis selalu menyelimuti tempat ini. Banyak para orang tua berpesan jika anak-anak mereka hendak melintas di tempat ini hendaklah berhati-hati dan berdoa agar senantiasa diberikan keselamatan. Tapi ini satu-satunya jalan yang menghubungkan langsung desa Sumberejo Kulon dengan desa Sumberingin Kulon. Jalan ini membelah area persawahan di sisi kanan dan kiri dan area Mbalong Kawuk berada tepat di perbatasan dua desa tersebut.
Karena berada di area persawahan, bisa dipastikan hanya petani yang sering melintas. Itupun saat mereka menggarap atau memanen sawahnya. Anak-anak yang ikut ke sawah juga hanya bermain di lokasi yang agak jauh dari tempat ini. Karena konon Mbalong Kawuk ini dahulu masih berupa rawa-rawa yang dipenuhi semak belukar dan pohon berduri yang banyak ularnya.
Seperti apakah Mbalong Kawuk ini sebenarnya? Dari namanya saja sudah dapat diartikan kalau itu adalah sumber air. Dan mengapa ada nama Kawuk di belakangnya?
Menurut cerita para sesepuh desa Sumberejo Kulon, dahulu Mbalong Kawuk ini adalah tempat seorang tokoh bernama Mbah Kawuk tinggal. Beliau menjaga area persawahan di sekitarnya agar tetap subur dan tidak kering diwaktu kemarau. Sampai kapan beliau tinggal, dan kalaupun telah meninggal dimana keberadaan makamnya sampai sekarang tak seorangpun mengetahuinya.Apalagi bagaimana silsilah keturunannya tidak banyak orang tahu karena tidak ada sumber tertulis yang bisa menjelaskannya.
Akan tetapi nama Mbah Kawuk tetap melegenda dari waktu ke waktu dan menjadi mitos turun temurun. Sehingga seolah-olah tempat ini telah dianggap sakral oleh penduduk sekitar. Acapkali ada upacara atau ritual kecil di tempat ini guna mengenang jasa tokoh yang disebut sebagai Mbah Kawuk tadi. Tempat ini telah melahirkan kearifan lokal tersendiri bagi penduduk desa Sumberejo Kulon.
Itulah sekelumit kisah mengenai Mbalong Kawuk. Dan bagaimana kabarnya sekarang. Sebelum berbicara lebih jauh, kita kembali lagi pada area yang sekarang dijadikan nongkrong tadi ya guys.
KONDISI SAAT INI
Sekarang ini Mbalong Kawuk sudah sangat berbeda dengan sebelumnya. Jalanan sudah diaspal, jaringan listrik juga sudah masuk, dan telah dibangun sedemikian rupa oleh pemerintah desa Sumberejo Kulon. Tampak asri dan teduh, itu kesan yang bisa dirasakan sekarang.
Mbalong Kawuk berupa kolam besar yang sebelumnya adalah rawa dipenuhi pepohonan rimbun dan semak belukar, lalu dikeruk dan pohonnya ditebang hingga hanya menyisakan satu pohon saja di tengahnya. Akhirnya jadilah kolam besar yang menjadi tempat saling bertemunya beberapa anak sungai yang mengairi persawahan di sekitarnya.
Meskipun dikeruk fungsi dari Mbalong Kawuk ini juga masih tetap sama yakni menjaga ketersediaan air guna keperluan irigasi persawahan. Sehingga saat musim kemarau pun air tetap tersedia. Dengan adanya pengerukan, justru semakin menambah daya tarik tempat ini karena terlihat semakin terawat dan terpelihara dengan adanya taman serta bebetapa bangunan tambahan di sebelahnya.
Dan di sebelah utara kolam, ada pendopo tani yang dibangun di bawah pohon trembesi yang cukup besar. Konon, dahulunya pendopo ini dijadikan tempat peristirahatan para petani karena tempatnya sangat nyaman, teduh, dan anginnya yang semilir, apalagi ditemani gemericik air sungai jernih di sebelahnya. Wow, serasa ingin tidur saja.
Sekarang pendopo tani ini juga dimanfaatkan sebagai warung kuliner aneka makanan lokal seperti sundukan dan jajanan tradisional. Aneka minuman pun juga tersedia. Pengunjung tidak hanya bisa menikmati udara segar di bawah pohon trembesi, tapi juga menikmati beberapa makanan hasil olahan warga.
Pada hari-hari tertentu pendopo ini juga tetap dimanfaatkan untuk acara adat, seperti acara buka sawah dan tingkeban padi yang merupakan tradisi setiap tahun yang selalu dilakukan warga desa Sumberejo Kulon, terutama para petani ketika hendak memulai menggarap sawahnya serta ketika bulir-bulir padi sudah berisi dan mendekati masa panen.
Sampai dengan saat ini masih ada 3 pohon trembesi yang besar, entah sudah berapa tahun usianya, mungkin 100 tahun lebih. Pohonnya begitu rindang. Di saat angin mulai menyapu daunnya, kesejukan dan kesegaran yang terasa di bawahnya. Di bawah pohon inilah biasanya anak-anak kecil bermain. Mereka biasanya bermain ayunan dan jungkat jungkit.
Kalau anak-anak kecil biasa bermain di bawahnya, lain halnya dengan orang dewasa. Mereka lebih suka mancing di sungai yang ada tidak jauh di sebelahnya. Beberapa kali pernah diadakan lomba mancing di tempat ini dengan peserta yang lumayan banyak.
Tidak salah tentunya, kalau tempat ini sekarang pun juga dijadikan tempat nongkrong atau ngadem. Letaknya juga cukup jauh dari hiruk pikuk keramaian. Selain nongkrong, juga bisa mancing di sungai. Beberapa warung di sekitar seringkali menggelar acara mancing bersama. Telah banyak vlog-vlog acara mancing di Mbalong Kawuk yang diupload di you tube.
Menengok ke sebelah selatan kolam, di sana ada pos pos pujasera. Sebelumnya tempat ini berupa lahan kosong yang hanya ada semak belukar dan pepohonan dengan tanah yang cenderung kering dan gersang. Setelah dibersihkan, ternyata juga cukup tepresentatif untuk nongkroong sambil menyantap aneka kuliner yang disajikan.
Di sebelah selatan pos pujasera, di seberang jalan atau tepatnya di barat jalan, ada satu bangunan lagi milik petani, yaitu lumbung padi. Nah, di sebelah lumbung ini juga dijadikan tempat nongkrong sambil ngopi menghadap hamparan sawah tak bertepi dan berlatarbelakang pegunungan.
Satu lagi ya guys, di sebelah selatan lumbung ini, ada tempat yang selalu dibersihkan, dirawat dan dijaga layaknya cagar budaya. Penduduk desa ini menyebutnya sebagai punden Mbah Kawuk. Dilihat sakilas, nampak seperti sebuah situs kuno, tapi juga tidak menunjuk adanya bukti tertulis di sekelilingnya. Dipercaya oleh penduduk setempat bahwa dilarang berbuat yang tidak baik di tempat ini.
Berbicara lagi tentang Mbalong Kawuk, kolam tadi letaknya di timur jalan ya guys. Ternyata bukan hanya sekitar kolam saja kita bisa nongkrong, jauh sampai ke belakang kolam lagi, masih banyak tempat untuk rongkrong bersama keluarga. Ada lapangan rumput dan area parkir mobil yang cukuo luas. Tak ketinggalan juga ada pos-pos wahana mainan anak yang membuat acara keluarga menjadi semakin seru. Fasilitas mushola juga ada melengkapi kebutuhan ibadah pengunjung.
Mengenai situasi atau gambaran suasana siang dan malam hari, langsung buka youtube tentang Mbakong Kawuk ya guys. Banyak youtuber yang kepincut mengunggah moment-moment saat di Mbalong Kawuk. Mungkin sayang terlewatkan.
Bila belum pernah berkunjung dan merasa penasaran akan tempat ini, bisa googling langsung ketemu. Dari pusat kota Tulungagung, hanya berjarak kurang lebih 15 km ke arah timur. Sedangkan dari pusat kota Blitar, berjarak kurang lebih 23 km ke arah barat.